KERIS sebuah warisan budaya yang memiliki nilai tersendiri bagi bangsa indonesia. Maka sudah sepatutnya kita sebagai putra putri indonesia belajar dan mendalami tentang Keris dan berbagai budaya agar tidak terulang lagi klaim kepemilikan oleh negara lain.
Nah kali ini saya akan mencoba menggali tentang makna Filosofi Keris yang diangkat dari beberapa sumber dan memposting kembali dengan maksud agar kita dapat mengenal dan mempelajari sejarah,budaya dan filosofi keris. Seperti halnya Kanjeng Kyai Kopek,pusaka kraton Jogjakarta yang dulunya dipesan oleh Sunan Kalijaga kepada mPu Supo, dimana pada bagian wadidhangnya sudah lubang dan tetap disimpan sebagai salah satu Keris Pusaka andalan kraton Jogja karena memiliki muatan sejarah dan filosofi yang dalam dibanding dari bentuk fisiknya. Dengan begitu saat kita memiliki kebanggaan atas sebilah keris tua yang masih utuh tanpa didasari dengan pemahaman terhadap sejarah dan filosofi keris, maka semua itu hanyalah sebuah kesenangan semu yang hampa.
Pamor Keris boleh rontok, besi bisa terkikis karena usia, wrangka bisa rusak dimakan jaman. Tapi pemahaman atas sejarah dan filosofi keris akan selalu hidup dalam hati dan fikiran kita yang nantinya dapat kita warisan pada generasi selanjutnya. Untuk itu sangatlah penting bagi kita memahami akan makna filosofi keris.
Konon katakanlah mengapa Sultan Agung Hanyokrokusumo ketika awal masa pemerintahannya sering memesan keris Luk 3 dapur Jangkung kepada Ki Nom ?
Mengapa keris Luk 13 banyak dipesan ketika seorang Raja sudah lama memerintah dan hendak lengser keprabon ?
Mengapa keris tangguh Pengging yang paling tinggi maknanya adalah yang ber Luk 9 ?
Mengapa keris luk 1 dapur Pinarak selalu mengingatkan bahwa kehidupan kita di dunia ini sesungguhnya hanya sementara untuk mampir duduk (pinarak) ?
Dari semua itu menunjukkan bahwa sesungguhnya keris memiliki makna yang begitu dalam dan begitu kaya daripada sekedar masalah pamor, dapur dan tangguh serta keutuhannya yang sampai sekarang masih terus menjadi perdebatan.
Tentunya dengan tidak mengesampingkan ilmu atas fisik keris seperti dapur, pamor maupun tangguhnya.
Dengan menempatkan keris sebagai benda yang memiliki makna filosofi mendalam, maka kita sebenarnya telah berusaha memahami apa keinginan sang mPu dan orang yang memesannya dahulu ketika membabar keris tersebut. Karena tentunya para mPu dan orang yang memesannya tersebut sebenarnyna juga memiliki harapan-harapan yang tentunya bermaksud baik. Dengan memahami makna filosofi dari sebuah keris tersebut, maka sudah pasti kita turut “Nguri-uri”, melestarikan budaya keris karena salah satu makna keris tersebut adalah sebagai simbol dari adanya suatu harapan dan doa.
Makna dan Filosofi Keris Dalam Budaya Jawa
Keris dalam masyarakat Jawa, sekarang digunakan untuk pelengkap busana Jawa, keris sendiri memiliki banyak filosofi yang masih erat dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat Jawa. Makna filosofis yang terkandung dalam sebuah keris sebenarnya bisa dilihat mulai dari proses pembuatan hingga menjadi sebuah pusaka bagi pemiliknya. Seiring berjalannya waktu dan modernisasi, kita sadari bahwa perlu dilakukan pelestarian terhadap warisan leluhur ini agar tidak terkikis akan perkembangan jaman, keris atau dalam bahasa jawa disebut tosan aji, merupakan penggalan dari kata tosan yang berarti besi dan aji berarti dihormati, jadi keris merupakan perwujudan yang berupa besi dan diyakini bahwa kandungannya mempunyai makna yang harus dihormati, bukan berarti harus disembah-sembah tetapi selayaknya dihormati karena merupakan warisan budaya nenek moyang kita yang bernilai tinggi.
Bila kita merunut dari pembuatnya atau yang disebut empu, ini mempunyai sejarah dan proses panjang dalam membuat atau menciptakan suatu karya yang mempunyai nilai estetika yang tinggi. Empu menciptakan keris bukan untuk membunuh tetapi mempunyai tujuan lain yakni sebagai piyandel atau pegangan yang diyakini menambah kewibawaan dan rasa percaya diri, ini dapat dilihat dari proses pembuatannya pada zaman dahulu.